BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Sejarah Bioetanol
Sejak zaman prasejarah, bioetanol telah
digunakan sebagai bahan yang memabukkan dalam minuman beralkohol. Residu yang
ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari China bagian
utara yang menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia
prasejarah neolitik. Campuran dari bioetanol mendekati kemurnian dan untuk
pertama kalinya ditemukan oleh kimiawi muslim yang mengembangkan proses
distilasi pada masa Khalifah Abbasiyah dengan peneliti terkenal yaitu Jabir Ibnu
Hayyan, Al-Kindi (Alkindus) dan Al-Razi. Jabir Ibnu Hayyan (721-815) menyatakan
bahwa uap dari wine yang mendidih mudah terbakar. Al-Kindi (801-873)
menjelaskan tentang proses distilasi
wine. Sedangkan Bioetanol didapatkan pada tahun 1796 oleh Johann Tobias Lowitz
dengan menggunakan distilasi dengan menggunakan arang.
Antoine Lavoisier menyatakan bahwa bioetanol
adalah senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Nicolas-Theodore de Saussure dapat menentukan rumus kimia dari etanol. Pada
tahun 1858 Archibald Scott Couper menemukan rumus bangun daroi etanol. Etanol
disintesis peryaa kalinya oleh Henry Hennelda S.G.Serullas pada tahun 1829 di
Inggris. Pada tahun 1982 Michel Faraday membuat etanol dengan menggunakan hidrasi
katalis pada etilen. Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di
Amerika Serikat. Kemudian, sejak tahun 1908 bioetanol telah digunakan pada
mobil Ford model T sebagai bahan bakar. Pada tahun 1920 bahan bakar dari
bioetanol mengalami penurunan saat munculnya petroleum yang memiliki harga
lebih murah bila dibandingkan dengan bioetanol. Pada tahun 1970 bioetanol
meningkat kembali di daerah Brazil, Amerika dan beberapa negara Asia dan Eropa.
Hal ini disebabkan karena menigkatnya harga minyak bumi dan telah dijadikan
alternatif energi yang terus dikebambangkan.
1.2
Kegunaan Bioetanol
Kegunaan
bioetanol akhir-akhir ini menjadi perhatian industri yang memproduksi bahan
bakar minyak. Sebagaimana yang telah diketahuai bahan bakar minyak dengan
menggunakan bahan bakar fosil yang saat ini telah menipis. Selain itu, bahan
bakar fosil akan menimbulkan pencemaran udara. Pencemaran udara diakibatkan
oleh emisi kendaraan bermotor, emisi pabrik dan alam. Kendaraan bermotor yang
menggunakan bahan bakar fosil akan mengeluarkan zat-zat yang berbahaya bagi
kesehatan dan menimbulkan dampak negatiif terhadap lingkungan yaitu akan
menyebabkan menumpukknya gas-gas (seperti CO2, N2O) di
lapisan luar atmosfer yang akan menghalangi transfer kembali sebagian panas
matahari pada permukaan bumi ke angkasa. Situasi ini yang menyebabkan
terjadinya global warming.
Bioetanol merupakan salah satu bahan
bakar yang ramah lingkungan. Bioetanol dapat mengurangi timbulnya emisi gas
yang berbahaya bagi lingkungan.
Bioetanol terbuat dari biomassa yang mengunakan bahan baku dari ubi kayu, jagung,
atau tanaman lain yang mengandung karbohidrat yang dapat diperbaharui, bukan
bahan bakar yang menggunakan bahan bakar fosil, sehingga produksi dan pembakarannya
tidak akan meningkatkan efek rumah kaca. Bioetanol yang memiliki kandungan
oksigen, apabila dicampurkan pada bahan bakar minyak maka akan membuat
pembakaran lebih sempurna. Dengan demikian akan meminimaliskan gas buangan
kendaraan beracun dan dapat mengurangi terjadinya global warming dan pencemaran
udara. Dalam Prihandana (2007) dikemukakan bahwa:
“ Salah satu fungsi alkohol adalah sebagai octane booster,
artinya alkohol mampu menaikkan nilai oktan dengan dampak positif terhadap
efisiensi bahan bakar dan menyelamatkan mesin oxygenating agent, yakni
mengandung oksigen sehingga menyempurnakan pembakaran bahan bakar dengan efek
positif meminimalkan pencemaran udara dan fuel extender, yaitu menghemat
bahan bakar fosil.” (sumber: http://pusatpanduan.com/pdf/kegunaan-bioetanol.html)
1.3 Pabrik
Sejenis Bioetanol
v PT.Medco Energi International yang
berlokasi di papua dengan kapasitas produksi 180.000 kilo liter per tahun,
sedangkan PT.Medco Energi International yang berlokasi di Lampung memiliki
kapasitas produksi 65.00 kilo liter per tahun.
v
Pabrik
bioetanol di UPT.Botteng yang berlokasi di papua. Pabrik berkapasitas 3 ton ubi
kayu yang dapat menghasilkan 1 Liter bioetanol. Produksi bioetanol perhari mencapai 300 Liter per hari
dengan menggunakan 2000 kg ubi kayu.
v PT.
Tridaya Usaha Sakti yang berlokasi di Cilegon, banten dengan kapasitas 500
Liter per hari dengan bahan baku molesses ex-pabrik gula rafinasi. Usaha ini
menyuplai etanolnya ke pabrik kosmetik Sari Ayu dan Martha Tilaar.
v PT.Blue
yang berlokasi di Balikpapan telah membangun pabrik bioeaol berkapasitas 200
Liter per hari dengan berbahan baku nira aren di air mandidi, Minasaha Utara.
v PT.Panca
Jaya Rahardja yang berlokasi di Sukabumi, menawarkan pabrik berkapasitas 200
Liter per hari di lahan 200 m2 dengan menggunakan bahan baku 1.300
Kg ubi kayu per hari.
1.4 Bahan Baku
dan Fungsi
Bioetanol
merupakan etanol yang terbuat dari sumber hayati yang mengandung karbohidrat,
pati, gula dan tanaman berselulosa lainnya. Indonesia sangat kaya bahan mentah
untuk memproduksi bioetanol. Kekayaan hayati Indonesia yang mengandung nira
gula di antaranya nira tebu, nira nipah, nira kelapa, nira aren dan siwalan.
Kekayaan hayati penghasil pati di antaranya ubi kayu, ubi jalar, sagu, umbi
dahlia dan garut. Selain itu, Indonesia kaya bahan berselulosa seperti kayu
jerami, batang pisang dan bagas.
Bioetanol
dengan menggunakan bahan baku ubi kayu yang merupakan tanaman pangan berupa
perdu dengan nama lain ketela pohon atau singkong. Ubi kayu berasal dari Brazil
benua Amerika. Penyebarannya hampir keseluruh dunia antara lain Afrika, Madagaskar,
India dan Tiongkok. Ubi kayu masuk ke Indonesia pada tahun 1852.
Ubi kayu
sebagai bahan baku energi alternatif memiliki kadar karbohidrat sekitar 32-35%
dan kadar pati sekitar 83,8% setelah diproses menjadi tepung. Sifat fisika dan
kimia ubi kayu dapat dilihat pada table berikut:
Komponen
|
Ubi Kayu
|
Tepung Ubi kayu
|
Air
|
62-65
|
11,5
|
Karbonhidrat
|
32-35
|
83,8
|
Protein
|
0,7-2,6
|
1,0
|
Lemak
|
0,2-0,5
|
0,9
|
Serat
|
0,8-1,3
|
2,1
|
Abu
|
0,3-1,3
|
0,7
|
Tabel 1.4.1 Sifat Fisika dan Kimia Ubi Kayu dan Tepung
Ubi Kayu
Ubi
kayu sebagai bahan baku bioetanol memiliki fungsi sebagai bahan baku pada
produksi bioetanol. Ubi kayu memliki kelebihan yaitu dapat tumbuh di tanah yang
kurang subur, memilii daya tahan yang tinggi terhadap penyakit dan dapat diatur
saat panennya. Kebutuhan biotanol sampai dengan 2010 tergolong cukup tinggi,
yaitu mencapai 1,8 juta kilo liter. Oleh sebab itu maka sebaiknya mulai saat
ini membudidayakan tanaman ubi kayu.
No comments:
Post a Comment