Saturday, 26 March 2016

BIOETANOL

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Sejarah Bioetanol
Sejak zaman prasejarah, bioetanol telah digunakan sebagai bahan yang memabukkan dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari China bagian utara yang menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia prasejarah neolitik. Campuran dari bioetanol mendekati kemurnian dan untuk pertama kalinya ditemukan oleh kimiawi muslim yang mengembangkan proses distilasi pada masa Khalifah Abbasiyah dengan peneliti terkenal yaitu Jabir Ibnu Hayyan, Al-Kindi (Alkindus) dan Al-Razi. Jabir Ibnu Hayyan (721-815) menyatakan bahwa uap dari wine yang mendidih mudah terbakar. Al-Kindi (801-873) menjelaskan tentang proses  distilasi wine. Sedangkan Bioetanol didapatkan pada tahun 1796 oleh Johann Tobias Lowitz dengan menggunakan distilasi dengan menggunakan arang.
Antoine Lavoisier menyatakan bahwa bioetanol adalah senyawa yang terbentuk dari karbon, hidrogen dan oksigen. Nicolas-Theodore de Saussure dapat menentukan rumus kimia dari etanol. Pada tahun 1858 Archibald Scott Couper menemukan rumus bangun daroi etanol. Etanol disintesis peryaa kalinya oleh Henry Hennelda S.G.Serullas pada tahun 1829 di Inggris. Pada tahun 1982 Michel Faraday membuat etanol dengan menggunakan hidrasi katalis pada etilen. Pada tahun 1840 etanol menjadi bahan bakar lampu di Amerika Serikat. Kemudian, sejak tahun 1908 bioetanol telah digunakan pada mobil Ford model T sebagai bahan bakar. Pada tahun 1920 bahan bakar dari bioetanol mengalami penurunan saat munculnya petroleum yang memiliki harga lebih murah bila dibandingkan dengan bioetanol. Pada tahun 1970 bioetanol meningkat kembali di daerah Brazil, Amerika dan beberapa negara Asia dan Eropa. Hal ini disebabkan karena menigkatnya harga minyak bumi dan telah dijadikan alternatif energi yang terus dikebambangkan.



1.2  Kegunaan Bioetanol
      Kegunaan bioetanol akhir-akhir ini menjadi perhatian industri yang memproduksi bahan bakar minyak. Sebagaimana yang telah diketahuai bahan bakar minyak dengan menggunakan bahan bakar fosil yang saat ini telah menipis. Selain itu, bahan bakar fosil akan menimbulkan pencemaran udara. Pencemaran udara diakibatkan oleh emisi kendaraan bermotor, emisi pabrik dan alam. Kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar fosil akan mengeluarkan zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan dan menimbulkan dampak negatiif terhadap lingkungan yaitu akan menyebabkan menumpukknya gas-gas (seperti CO2, N2O) di lapisan luar atmosfer yang akan menghalangi transfer kembali sebagian panas matahari pada permukaan bumi ke angkasa. Situasi ini yang menyebabkan terjadinya global warming.
Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar yang ramah lingkungan. Bioetanol dapat mengurangi timbulnya emisi gas yang  berbahaya bagi lingkungan. Bioetanol terbuat dari biomassa yang mengunakan bahan baku dari ubi kayu, jagung, atau tanaman lain yang mengandung karbohidrat yang dapat diperbaharui, bukan bahan bakar yang menggunakan bahan bakar fosil, sehingga produksi dan pembakarannya tidak akan meningkatkan efek rumah kaca. Bioetanol yang memiliki kandungan oksigen, apabila dicampurkan pada bahan bakar minyak maka akan membuat pembakaran lebih sempurna. Dengan demikian akan meminimaliskan gas buangan kendaraan beracun dan dapat mengurangi terjadinya global warming dan pencemaran udara. Dalam Prihandana (2007) dikemukakan bahwa:
“ Salah satu fungsi alkohol adalah sebagai octane booster, artinya alkohol mampu menaikkan nilai oktan dengan dampak positif terhadap efisiensi bahan bakar dan menyelamatkan mesin oxygenating agent, yakni mengandung oksigen sehingga menyempurnakan pembakaran bahan bakar dengan efek positif meminimalkan pencemaran udara dan fuel extender, yaitu menghemat bahan bakar fosil.” (sumber: http://pusatpanduan.com/pdf/kegunaan-bioetanol.html)



1.3  Pabrik Sejenis Bioetanol
v  PT.Medco Energi International yang berlokasi di papua dengan kapasitas produksi 180.000 kilo liter per tahun, sedangkan PT.Medco Energi International yang berlokasi di Lampung memiliki kapasitas produksi 65.00 kilo liter per tahun.
v  Pabrik bioetanol di UPT.Botteng yang berlokasi di papua. Pabrik berkapasitas 3 ton ubi kayu yang dapat menghasilkan 1 Liter bioetanol. Produksi  bioetanol perhari mencapai 300 Liter per hari dengan menggunakan 2000 kg ubi kayu.
v  PT. Tridaya Usaha Sakti yang berlokasi di Cilegon, banten dengan kapasitas 500 Liter per hari dengan bahan baku molesses ex-pabrik gula rafinasi. Usaha ini menyuplai etanolnya ke pabrik kosmetik Sari Ayu dan Martha Tilaar.
v  PT.Blue yang berlokasi di Balikpapan telah membangun pabrik bioeaol berkapasitas 200 Liter per hari dengan berbahan baku nira aren di air mandidi, Minasaha Utara.
v  PT.Panca Jaya Rahardja yang berlokasi di Sukabumi, menawarkan pabrik berkapasitas 200 Liter per hari di lahan 200 m2 dengan menggunakan bahan baku 1.300 Kg ubi kayu per hari.

1.4 Bahan Baku dan Fungsi
Bioetanol merupakan etanol yang terbuat dari sumber hayati yang mengandung karbohidrat, pati, gula dan tanaman berselulosa lainnya. Indonesia sangat kaya bahan mentah untuk memproduksi bioetanol. Kekayaan hayati Indonesia yang mengandung nira gula di antaranya nira tebu, nira nipah, nira kelapa, nira aren dan siwalan. Kekayaan hayati penghasil pati di antaranya ubi kayu, ubi jalar, sagu, umbi dahlia dan garut. Selain itu, Indonesia kaya bahan berselulosa seperti kayu jerami, batang pisang dan bagas.
Bioetanol dengan menggunakan bahan baku ubi kayu yang merupakan tanaman pangan berupa perdu dengan nama lain ketela pohon atau singkong. Ubi kayu berasal dari Brazil benua Amerika. Penyebarannya hampir keseluruh dunia antara lain Afrika, Madagaskar, India dan Tiongkok. Ubi kayu masuk ke Indonesia pada tahun 1852.
Ubi kayu sebagai bahan baku energi alternatif memiliki kadar karbohidrat sekitar 32-35% dan kadar pati sekitar 83,8% setelah diproses menjadi tepung. Sifat fisika dan kimia ubi kayu dapat dilihat pada table berikut:
Komponen
Ubi Kayu
Tepung Ubi kayu
Air
62-65
11,5
Karbonhidrat
32-35
83,8
Protein
0,7-2,6
1,0
Lemak
0,2-0,5
0,9
Serat
0,8-1,3
2,1
Abu
0,3-1,3
0,7
Tabel 1.4.1 Sifat Fisika dan Kimia Ubi Kayu dan Tepung Ubi Kayu
Ubi kayu sebagai bahan baku bioetanol memiliki fungsi sebagai bahan baku pada produksi bioetanol. Ubi kayu memliki kelebihan yaitu dapat tumbuh di tanah yang kurang subur, memilii daya tahan yang tinggi terhadap penyakit dan dapat diatur saat panennya. Kebutuhan biotanol sampai dengan 2010 tergolong cukup tinggi, yaitu mencapai 1,8 juta kilo liter. Oleh sebab itu maka sebaiknya mulai saat ini membudidayakan tanaman ubi kayu.














No comments:

Post a Comment